Minggu, 17 Februari 2013

Nilai Sebuah Kehidupan


Alkisah, ada seorang pemuda yang hidup sebatang kara. Pendidikan rendah, hidup dari bekerja sebagai buruh tani milik tuan tanah yang kaya raya. Walapun hidupnya sederhana tetapi sesungguhnya dia bisa melewati kesehariannya dengan baik.

Pada suatu ketika, si pemuda merasa jenuh dengan kehidupannya. Dia tidak mengerti, untuk apa sebenarnya hidup di dunia ini. Setiap hari bekerja di ladang orang demi sesuap nasi. Hanya sekadar melewati hari untuk menunggu kapan akan mati. Pemuda itu merasa hampa, putus asa, dan tidak memiliki arti.

"Daripada tidak tahu hidup untuk apa dan hanya menunggu mati, lebih baik aku mengakhiri saja kehidupan ini," katanya dalam hati. Disiapkannya seutas tali dan dia berniat menggantung diri di sebatang pohon.

Pohon yang dituju, saat melihat gelagat seperti itu, tiba-tiba menyela lembut. "Anak muda yang tampan dan baik hati, tolong jangan menggantung diri di dahanku yang telah berumur ini. Sayang, bila dia patah. Padahal setiap pagi ada banyak burung yang hinggap di situ, bernyanyi riang untuk menghibur siapapun yang berada di sekitar sini."

Dengan bersungut-sungut, si pemuda pergi melanjutkan memilih pohon yang lain, tidak jauh dari situ. Saat bersiap-siap, kembali terdengar suara lirih si pohon, "Hai anak muda. Kamu lihat di atas sini, ada sarang tawon yang sedang dikerjakan oleh begitu banyak lebah dengan tekun dan rajin. Jika kamu mau bunuh diri, silakan pindah ke tempat lain. Kasihanilah lebah dan manusia yang telah bekerja keras tetapi tidak dapat menikmati hasilnya."

Sekali lagi, tanpa menjawab sepatah kata pun, si pemuda berjalan mencari pohon yang lain. Kata yang didengarpun tidak jauh berbeda, "Anak muda, karena rindangnya daunku, banyak dimanfaatkan oleh manusia dan hewan untuk sekadar beristirahat atau berteduh di bawah dedaunanku. Tolong jangan mati di sini."

Setelah pohon yang ketiga kalinya, si pemuda termenung dan berpikir, "Bahkan sebatang pohonpun begitu menghargai kehidupan ini. Mereka menyayangi dirinya sendiri agar tidak patah, tidak terusik, dan tetap rindang untuk bisa melindungi alam dan bermanfaat bagi makhluk lain".

Segera timbul kesadaran baru. "Aku manusia; masih muda, kuat, dan sehat. Tidak pantas aku melenyapkan kehidupanku sendiri. Mulai sekarang, aku harus punya cita-cita dan akan bekerja dengan baik untuk bisa pula bermanfaat bagi makhluk lain".

Si pemuda pun pulang ke rumahnya dengan penuh semangat dan perasaan lega.

=================================================

Kalau kita mengisi kehidupan ini dengan menggerutu, mengeluh, dan pesimis, tentu kita menjalani hidup ini (dengan) terasa terbeban dan saat tidak mampu lagi menahan akan memungkinkan kita mengambil jalan pintas yaitu bunuh diri.

Sebaliknya, kalau kita mampu menyadari sebenarnya kehidupan ini begitu indah dan menggairahkan, tentu kita akan menghargai kehidupan ini. Kita akan mengisi kehidupan kita, setiap hari penuh dengan optimisme, penuh harapan dan cita-cita yang diperjuangkan, serta mampu bergaul dengan manusia-manusia lainnya.

Maka, jangan melayani perasaan negatif. Usir segera. Biasakan memelihara pikiran positif, sikap positif, dan tindakan positif. Dengan demikian kita akan menjalani kehidupan ini penuh dengan syukur, semangat, dan sukses luar biasa!

Selasa, 12 Februari 2013

Diamnya Sang Suami




Tak seperti perempuan yang spontan dan lebih terbuka mengungkapkan isi hatinya saat sedih ataupun gembira, para suami lebih cenderung untuk diam, menanggapi banyak hal hanya dengan hanya sekedar tersenyum dan atau bersikap secukupnya. Sifat tertutup yang kebanyakan dimiliki para suami juga membuat mereka hanya bisa membagi perasaan dengan orang terdekat dan dikasihi. Nah, saat mereka kehilangan orang terdekatnya itulah, mereka biasanya lebih merasa kesepian karena tak ada lagi teman untuk berbagi. Bahkan lebih kesepian dibandingkan dengan para wanita.

Istilah lelaki adalah mahluk jantan dan kuat menjadikan para suami itu memiliki kekuatan lebih untuk menyimpan rasa sakit hatinya walau bagaimanapun menyakitkan. Kebanyakan Orang melihat mereka akan tetap menjalankan aktivitas seperti biasanya, tanpa harus ekspresif menunjukkan raut wajah sedih atau kecewa.

Demikian halnya jika suami sedang menghadapi masalah. Kebanyakan dari mereka akan lebih memilih menyelesaikannya sendiri dan atau hanya dengan orang yang paling dipercayanya. Dan ketika mereka harus bersedih, mereka akan memastikan dahulu bahwa tak ada satu orang pun yang tahu karena beliau beliau itu akan lebih memilih menangis diam-diam. Sebagian mungkin karena tak ingin dicap sebagai lelaki yang lemah. Itulah kenapa suami jarang menunjukkan sensitivitasnya di depan orang banyak. Hal ini sangat berbeda sekali dengan para istri yang terkadang bisa curhat dengan siapa saja dan di mana saja.

Maka, bersyukurlah menjadi seorang istri dan wanita, karena semua orang akan memaklumi semua tangisan, curhatan, dan sikap ekspresif. Saat perempuan menghadapi masalah,dukungan pun datang dari sana-sini. Hal ini akan sangat berbeda dengan para suami yang cenderung lebih suka menghadapinya sendiri. Beliau beliau itu biasanya mempunyai jurus jitu dan akan lebih nyaman untuk mengobati kesedihan, seakan akan gaya tersebut mampu menunjukkan kepada dunia bahwa mereka baik-baik saja.

Sebagian dari para suami mungkin akan memilih teman untuk berbagi masalah mereka. Pernahkah anda mendengar bahwa bagi para lelaki, terutama yang belum berkeluarga, bahwa dunia mereka adalah saat bersama dengan teman temannya. Hal ini mungkin saja akan tetap berlangsung saat para lelaki sudah menjadi suami. Jadi alangkah kurang pas jika mungkin anda memberikan pilihan kepada mereka untuk memilih antara anda atau teman-temannya. Sesekali memberikan rehat sejenak untuk mereka berkumpul dengan teman temannya adalah perlu. Karena, dengan berkumpul dengan teman adalah salah satu cara yang paling ampuh untuk melupakan masalah dan mengembalikan semangat mereka setelah mungkin berada pada keadaan terpuruk.

Hal lain yang bisa membuat para suami terhibur adalah dengan melakukan kegiatan yang merupakan hobi mereka. Menurut penelitian, para lelaki dan hobi merupakan kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Jika mereka suka main bola,otomotif atau apapun, mereka akan sangat berkeinginan untuk bisa mengisi waktu kosong yang biasa mereka habiskan bersama Anda. Maka dari itu, berikan jeda untuk para suami agar merasakan kegembiraan dengan hobi dan kegiatan favoritnya. Hal ini juga sebagai penghargaan atas kerja keras mereka selama ini dalam menghabiskan waktu dan pikiran yang selalu terfokuskan untuk keluarga.

Jumat, 08 Februari 2013

Kisah Paku dan Pagar


Pernah ada anak lelaki dengan watak buruk. Ayahnya memberi dia sekantung
penuh paku, dan menyuruh memaku satu batang paku di pagar pekarangan setiap
kali dia kehilangan kesabarannya atau berselisih paham dengan orang lain.

Hari pertama dia memaku 37 batang di pagar.
Pada minggu-minggu berikutnya dia belajar untuk menahan diri, dan jumlah paku yang dipakainya berkurang dari hari ke hari.
Dia mendapatkan bahwa lebih gampang menahan diri daripada memaku di pagar.

Akhirnya tiba hari ketika dia tidak perlu lagi memaku sebatang paku pun dan dengan gembira disampaikannya hal itu kepada ayahnya.

Ayahnya kemudian menyuruhnya mencabut sebatang paku dari pagar setiap hari bila dia berhasil menahan diri/bersabar.
Hari-hari berlalu dan akhirnya tiba harinya dia bisa menyampaikan kepada ayahnya bahwa semua paku sudah tercabut dari pagar.

Sang ayah membawa anaknya ke pagar dan berkata:
”Anakku, kamu sudah berlaku baik,
tetapi coba lihat betapa banyak lubang yang ada di pagar.”

Pagar ini tidak akan kembali seperti semula.
Kalau kamu berselisih paham atau bertengkar dengan orang lain, hal itu selalu meninggalkan luka seperti pada pagar.

Kau bisa menusukkan pisau di punggung orang dan mencabutnya kembali, tetapi akan meninggalkan luka.
Tak peduli berapa kali kau meminta maaf/menyesal, lukanya tinggal.
Luka melalui ucapan sama perihnya seperti luka fisik.
Kawan-kawan adalah perhiasan yang langka.
Mereka membuatmu tertawa dan memberimu semangat.
Mereka bersedia mendengarkan jika itu kau perlukan,
mereka menunjang dan membuka hatimu.
Tunjukkanlah kepada teman-temanmu
betapa kau menyukai mereka.

Yakinlah pada dirimu ketika berkata: ”Aku mencintaimu.”
Jika kau berkata: “Aku menyesal,”
tataplah mata lawan bicaramu.
Jangan permainkan harapan orang lain.
Mungkin kau bisa tersinggung,
tetapi itulah satu-satunya cara untuk menjalani hidupmu.
Jangan adili orang lain, tetapi adili dirimu secara kritis.